Senin, 13 Oktober 2014

Pesona Taman Laut Rubiah

Selain Budaya Budaya Di Indonesia Tempat Wisata Yang Ada Yang Di Indonesia Tidak Kalah Menarik Nya Nih Teman. Nih Contohnya Ya


TAMAN LAUT RUBIAH

Pulau Rubiah Taman Laut Rubiah 
 
Provinsi Aceh sebenarnya memiliki tempat wisata yang patut dibanggakan, salah satunya adalah Pulau Rubiah. Pulau Rubiah berada di ujung barat Pulau Sumatera, menawarkan pesona keindahan bawah lautnya. Pulau ini memiliki luas kurang lebih 26 Hektar. Karena pesona kekayaan bawah lautnya tersebut Taman Laut Rubiah atau Sea Garden of Rubiah dijuluki sebagai surganya para penyelam.
Pulau Rubiah adalah bagian dari Kota Sabang, tepatnya berada di sebelah barat laut Pulau Weh. Pulau ini hanya berjarak sekitar 250 meter dari Pantai Iboih Aceh. Pada masa kejayaan Kerajaan Aceh, Pulau Rubiah merupakan tempat transit bagi calon jamaah haji, dan pada masa perang dunia pulau ini merupakan benteng pertahanan yang sampai sekarang masih terlihat puing-puing benteng tersebut. Namun sekarang ini, seiring perkembangan dunia wisata, Pulau Rubiah dijadikan tujuan wisata bagi para penyelam.

Objek Wisata

Pulau Rubiah Sabang AcehPulau Rubiah dengan taman lautnya menawarkan pesona keindahan alam bawah laut yang dapat memukau bagi siapa saja yang mengunjunginya. Anda akan menemui berbagai macam spesies ikan tropis seperti angel fish, gigantic clams, school of parrot fish, lion fish dan sebagainya. Terdapat juga berbagai jenis terumbu karang. Untuk bisa menikmati keindahan alamnya, Anda tidak harus memiliki lisensi menyelam. Karena di pulau ini, terdapat banyak spot penyelaman yang aman digunakan untuk aktivitas menyelam bagi pemula atau penyelam yang belum memiliki lisensi.
Penghuni Bawah Laut Taman Laut RubiahSelain sebagai tujuan wisata, Pulau Rubiah merupakan tempat penelitian biota laut. Terdapat 15 jenis biota laut yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia. Setelah lelah melakukan kegiatan menyelam atau snorkeling, Anda dapat memanjakan perut Anda di warung makan satu-satunya yang terdapat di pulau ini. Untuk masalah fasilitas dan akomodasi, Pulau Rubiah memang masih sangat minim, karena pulau ini masih belum berpenghuni.

Lokasi

Pulau Rubiah berada di Pulau Weh, Sabang, Aceh, Sumatera.

Akses

Untuk menuju Pulau Rubiah, Anda dapat melalui rute dari Banda Aceh Menuju Pulau Weh dengan menggunakan kapal ferry atau kapal cepat. Waktu yang ditempuh jika menggunakan kapal ferry sekitar 90 menit, untuk kapal cepat hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Sesampainya di Pulau Weh, Anda dapat melanjutkan perjalanan untuk menuju ke Pulau Rubiah dengan menggunakan perahu motor yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

Fasilitas dan Akomodasi

Meskipun merupakan tujuan wisata terkenal, namun Taman Laut Rubiah masih sangat minim untuk masalah fasilitas dan akomodasi. Hanya terdapat satu warung makan, tempat persewaan perlengkapan menyelam dan snorkeling dan tempat persewaan perahu yang dapat digunakan untuk kegiatan menyelam atau snorkeling.

My biodata

    Hayy nama gue mutia chusnul safhira orang orang manggilnya mutia,muti terserah deh.kalo di rumah di panggil fhira.berkelahiran di jakarta,18 Mei tepatnya 16 tahun yang lalu.ayah gue sih katanya blasteran palembang sama sunda,kalo emak gue jawa tulen.terus gue gatau jadinya gue orang apaan hahaha.
    Gue anak pertama dari dua bersaudara,adek gue cuma satu,cowok,satu sih emang tapi ya nyolotinn abis anaknya ya gitu deh.....
     Gue lulusan tk kotabambu,SDN 03 pagi,SMPN 40 jakarta yang biasa di sebut '' besjon'' dan sekarang gue sekolah di SMK Telkom Jakarta asikk.gue tinggal di kotabambu selatan jakarta barat gak pernah pindah pindah dari gue brojol udah tinggal di sana.cinta banget pokoknya sama kotabambu hahaha.
      Syudah ya ...terimakasih sudah menyempatkan membaca dadaaaaa....
wassalam Wr.Wb.




Festival Pacu Jalur di Kuansing

Festival Pacu Jalur Riau
Kabupaten Kuansing (singkatan dari “Kuantan Singingi”), juga sering disebut dengan Rantau Kuantan atau daerah perantauan orang-orang dari Minangkabau. Di Kabupaten Kuantan Singingi ini ada sebuah perlombaan tradisional yang sangat populer, yaitu perlombaan “Pacu Jalur”. Festival Pacu Jalur merupakan salah satu budaya kebanggaan masyarakat Provinsi Riau, khususnya masyarakat Kuantan Singingi.

Perayaan Peringatan Hari Besar

Peserta Festival Pacu Jalur, RiauFestival Pacu Jalur Taluk Kuantan adalah sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter. Festival Pacu Jalur ini merupakan acara adat yang sudah turun temurun di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Sejak ratusan tahun yang lalu, budaya tersebut sudah diselenggarakan oleh masyarakat Kuansing hingga sampai sekarang. Festival ini merupakan festival tahunan terbesar bagi masyarakat di daerah Kabupaten Kuansing, khususnya Taluk Kuantan. Karena di Kota Taluk Kuantan ini melintang Sungai Kuantan yang merupakan arena perlombaan Pacu Jalur ini.
Pada awalnya, Pacu Jalur hanya diselenggarakan oleh desa-desa yang berada di sepanjang Sungai Kuantan. Festival tersebut diadakan untuk memperingati sekaligus memeriahkan hari-hari besar umat Islam. Seperti Maulud Nabi, Idul Fitri atau Tahun Baru Muharam (1 Sura). Namun setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Festival Pacu Jalur Kuantan juga diselenggarakan untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI. Biasanya festival ini dilaksanakan pada tanggal 23-26 Agustus setiap tahunnya di Pulau Sumatera.

Jalur/Perahu Pacu

Festival Perlombaan Pacu Jalur KuantanPacu Jalur Taluk Kuantan adalah sebuah permainan tim yang hanya dilakukan oleh kaum laki-laki yang berusia antara 15 sampai 40 Tahun. Sebuah tim akan berlomba dengan tim lainnya dalam mendayung perahu masing-masing. Dalam bahasa penduduk setempat, kata “Jalur” berarti “perahu”.
Jumlah pendayung perahu/Jalur berkisar antara 50 sampai 60 orang (tergantung dari panjang perahu). Anggota sebuah Jalur disebut “anak pacu” yang terdiri atas “Tukang Kayu”, “Tukang Concang” (komandan atau pemberi aba-aba), “Tukang Pinggang” (juru mudi), “Tukang Onjai” (pemberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyang-goyangkan badan), dan “Tukang Tari” (yang membantu tukang Onjai dalam memberi tekanan yang seimbang, agar Jalur dapat berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama). Selain pemain, dalam lomba Pacu Jalur juga ada wasit dan juri yang bertugas mengawasi jalannya perlombaan dan menetapkan pemenang.
Sebagai catatan, ukuran dan kapasitas Jalur serta jumlah Anak Pacunya dalam lomba ini tidak dipersoalkan. Karena sebuah mitos, bahwa kemenangan ditentukan dari kekuatan magis yang ada pada kayu (yang dijadikan Jalur) serta kesaktian sang pawang dalam “mengendalikan” Jalur.

Dentuman Meriam

Perlombaan Pacu Jalur Taluk Kuantan memakai penilaian “sistem gugur”. Sehingga peserta yang kalah tidak boleh turut bermain kembali. Sedangkan para pemenangnya akan diadu kembali untuk mendapatkan pemenang utama. Selain itu juga menggunakan “sistem setengah kompetisi”. Dimana setiap regu akan bermain beberapa kali, dan regu yang selalu menang hingga perlombaan terakhir akan menjadi juaranya.
Perlombaan meriah ini dimulai dengan tanda yang cukup unik, yaitu dengan membunyikan meriam. Bagi Anda yang belum terbiasa mendengar suara meriam ini jangan kaget. Meriam ini digunakan karena bila memakai peluit, suara peluit  tidak akan terdengar oleh peserta lomba. Karena luasnya arena pacu dan hiruk pikuk penonton yang menyaksikan perlombaan.
Pada dentuman pertama Jalur-Jalur (perahu-perahu) yang telah ditentukan urutannya akan berjejer di garis start. Pada dentuman kedua, mereka akan berada dalam posisi siap untuk mengayuh dayung. Dan setelah wasit membunyikan meriam untuk yang ketiga kalinya, maka dimulailah perlombaan Pacu Jalur tersebut. Setiap regu akan berlomba memacu (mengayuh) Jalurnya dan mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk mencapai garis finish.
Sebelum acara puncak festival Pacu Jalur ini dimulai, Anda terlebih dahulu akan dihibur dengan penampilan tari-tarian dan nyanyian daerah untuk menghibur peserta dan masyarakat yang menyaksikan acara ini. Biasanya festival ini diikuti oleh ratusan perahu dan melibatkan ribuan atlet dayung. Festival Pacu Jalur Taluk Kuantan ini juga disaksikan oleh ratusan ribu penonton, serta menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Pastikan, Anda tidak melewatkan acara tahunan ini apabila tengah berlibur di Provinsi Riau.

Tari Piring, Seni Budaya Khas Sumatera Barat

Tari Piring Sumatera Barat
Selain limpahan objek wisata alam, Sumatera Barat juga memiliki banyak corak seni yang akan membuat Anda terkesima. Salah satunya adalah seni tari daerah yang diberi nama Tari Piring. Beberapa tahun terakhir, pemerintah Sumatera Barat menobatkan Tari Piring menjadi salah satu aset untuk menarik perhatian wisatawan.
Tari Piring berasal dari Sumatera Barat, tepatnya di Solok. Pada awalnya, tari piring dilakukan oleh perempuan dan laki-laki untuk membawakan sesembahan kepada para dewa sebagai wujud rasa syukur atas masa panen yang memberikan hasil sangat memuaskan. Mereka menari dengan sangat lincah sembari memegang piring-piring di telapak tangannya. Terdapat tiga jenis variasi gerakan dalam seni Tari Piring, yaitu tupai bagaluik (tupai bergelut), bagalombang (bergelombang), dan aka malilik (akal melilit).
Kesenian Tari Piring 
Namun, seiring masuknya agama Islam maka tarian ini mengalami pergeseran sehingga tidak lagi untuk menyembah dewa melainkan untuk ditampilkan dalam acara hajatan ataupun juga acara pernikahan. Para penari pun beralih dari yang awalnya campuran, kini hanya dilakukan oleh perempuan-perempuan yang berdandan cantik. Barangkali Anda tidak akan percaya tanpa melihat secara langsung para penari bergerak cepat, atraktif, penuh semangat dan sangat indah dengan piring-piring yang sama sekali tidak bergoyang apalagi terjatuh. Tarian ini diawali dengan para penari yang mulai bergerak sesuai koreografi tarian dengan meletakkan piring di masing-masing tangannya tanpa terlepas atau bergeser sedikitpun.
Suasana semakin semarak dengan alat musik yang digunakan untuk mengiringi rentak tarian, yaitu talempong dan saluang. Kostum penari biasanya berwarna cerah sehingga mendukung kemeriahan acara. Anda juga akan mendengar irama khas yang dihasilkan dari suara dentingan antara piring yang dipegang dengan cincin yang memang sengaja dikenakan di jari penari. Kemudian, bersiaplah untuk menahan napas sejenak di bagian pertengahan pertunjukkan, sebab akan ada atraksi lempar piring. Ya, piring-piring yang dipegang oleh para penari sengaja dilemparkan sangat tinggi ke udara kemudian pecahannya diinjak dengan gerakan tari yang terus dilanjutkan. Hal ini menggambarkan perasaan gembira atas hasil panen yang melimpah. Ajaibnya, tidak akan akan satu luka pun di kaki para penari sekalipun mereka menginjaknya dengan kaki telanjang. Secara umum, penari dalam tarian tradisional ini berjumlah ganjil, antara tiga, lima, atau tujuh penari.
Penari Tari Piring 
Tari Piring sangat terkenal keistimewaannya ke seluruh penjuru dunia. Tarian ini sudah pernah dipentaskan di luar Sumatera Barat, yakni di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, dan lainnya. Lebih membanggakannya lagi, Tari Piring juga turut dipentaskan dalam rangka tour festival kebudayaan Nusantara. Tidak hanya di dalam negeri, Tari Piring juga telah merambah ke dunia internasional dan pernah dipentaskan dalam festival budaya Nusantara di Malaysia, Singapura, Serbia, serta beberapa negara di Eropa.
Apabila Anda ingin menampilkan Tari Piring dalam acara atau hajatan yang Anda selenggarakan, Anda dapat menyewa grup tarian ini sehingga para penari hadir di kota Anda dan menyuguhkan tarian tradisional Sumatera Barat secara langsung untuk tamu undangan Anda. Tentunya, akan membuat seluruh yang menonton menjadi terkagum-kagum atas keunikan koreografi yang dimiliki serta kelincahan gerakan para penari dengan piring-piring di tangannya.

Senin, 06 Oktober 2014

Tari Saman




Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :

1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.